Kamis, 07 April 2011

Kondisi Pendidikan Masyarakat suku Duano Tanjung Solok Tanjung Jabung Timur


Perkembangan Pendidikan anak masyarkat suku duano jika dibandingkan dulu dengan sekarang sudah ada kemajuan/peningkatan, hal ini dapat dilihat dari minat anak-anak mereka untuk sekolah sudah ada dan dorongan dari orang tua juga sudah ada. Sebelumnya anak-anak suku duano dididik hanya dengan tradisi turun temurun dari generasi tua ke generasi muda tentang cara menjadi nelayan, mulai dari membuat alat penangkap ikan seperti membuat jala, jaring, membuat pancing dan alat-alat lainya, bakan hanya itu saja yang diajarkan melainkan sampai dengan memakainya untuk menangkap ikan, hal ini sudah mereka ajarkan sejak dari masa kecil samapai usia produktif. pada masa itu mereka sangat buta dengan pendidikan formal, namun sekarang hal itu masih tetap mereka ajarkan secara turun temurun kepada anak cucu mereka tetapi pendidikan formal juga mereka berikan kepada anak cucu mereka, anak masyarakat suku duano yang ada di tanjung solok kabupaten tanjung jabung timur ini yang di jenjang pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) 4 orang, Sekolah Dasar (SD) 42 orang, Sekolah Menengah Pertama (SMP) 17 orang dan Sekolah Menengah Atas (SMA) 8 orang, untuk perguruan tinggi (PT) memang belum ada, kendala utama dari orang tua untuk melanjutkan pendidikan anak mereka ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi adalah tingkat perekonomian keluarga yang sangat rendah, sehinga anak-anak mereka sering terputus di tengah jalan ada yang baru kelas dua SMP sudah berhenti sekolah karena tidak ada biaya, ada juga yang sudah masuk SMA namun tidak sampai selesai. Pada saat ini anak masyarakat suku duano yang putus sekolah berdasarkan data yang dikumpulkan sebagai berikut:
Pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) 13 orang, Sekolah Menengah Pertama (SMP) 4 orang, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) 3 orang. Jika kita lihat dari fakta di lapangan, kondisi pendidikan anak masyarakat suku duano yang ada di tanjung solok kabupaten tanjung jabung timur ini sangat memperihatinkan, hal ini terbukti dengan angka putus sekolah yang sangat tinggi, angka putus sekolah ini dipicu oleh banyak hal diantaranya: budaya keluarga, yang dimaksud dengan budaya keluarga disini adalah keinginan dari orang tua untuk mendidik dan menjadikan anaknya sebagai aset dimasa depan sangatlah kurang bahkan hampir tidak ada, selain itu tingkat perekonomian keluarga juga sangat besar pengaruhnya terhadap tingkat anak putus sekolah pada masyarakat suku duano ini, selain itu lingkungan sosial budaya masyarakat itu sendiri masing sangat kental terhadap prinsif-prinsif dahalu yang mengatakan bahwa ” orang suku duano walaupun sekolah tinggi tetap je jadi penangkap ikan ”. Prinsif ini masih digunakan oleh sebagian besar orang tua masyarakat suku duano, sehingga anak-anak mereka selalu terhambat untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Selain hal tersebut diatas ada kendala lain yang berpengaruh terhadap tingginya tingkat putus sekolah anak masyarakat suku duano, kendala lain itu adalah keinginan dari anak itu sendiri. Keinginan dari anak untuk memiliki pendidikan yang baik dan berprestasi masih sangat rendah, sehingga mereka sering mendapat ejekan dari anak-anak lain. Hal ini membuat anak-anak masyarakat suku duano malas masuk sekolah sehingga membuat nilai mereka turun dan akan berpengaruh terhadap proses penaikan kelas, jika mereka tidak naik kelas maka mereka akan berhenti sekolah dengan sendirinya. Hal ini yang terjadi terus-menerus di dunia pendidiakan anak masyarakat suku duano.
Pada saat ini anak masyarakat suku duano yang sudah dapat menyelesaikan jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) 2 orang, Sekolah Menengah Pertama (SMP) 5 orang dan Sekolah Dasar (SD) 11 orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar